Hasil riset baru-baru ini menunjukkan bahwa menari itu alami untuk bayi dan bayi lebih merespons ritme, tempo, serta musik dibandingkan kata-kata atau percakapan.
Temuan ini didapatkan dengan mengamati 120 bayi dengan rentang usia lima bulan hingga dua tahun. Ternyata, manusia sejak bayi sudah ada kecenderungan untuk bergerak sesuai dengan ritme musik.
"Riset kami menunjukkan bahwa ketukan lebih berpengaruh daripada melodi untuk menghasilkan respons terhadap bayi," tutur Marcel Zentner, psikolog dari Universitas York, Inggris. "Kami juga mendapatkan bahwa makin si bayi bisa menyesuaikan gerakannya dengan lagu, makin banyak ia tersenyum."
Untuk menguji kecenderungan bayi bergoyang, para ilmuwan ini memainkan musik klasik, ketukan beritme, dan juga kata-kata pada sekumpulan bayi. Hasilnya diabadikan dalam video. Para ilmuwan juga mengikutsertakan sejumlah penari balet profesional untuk menganalisis kecocokan gerakan bayi dengan musik yang dimainkan.
Selama percobaan itu, para bayi duduk di pangkuan orangtua, tapi para orangtua diberikan headphone agar tak ikut mendengarkan musiknya dan tak boleh ikut bergerak.
Ternyata, bayi-bayi tersebut lebih banyak menggerakkan kaki, tangan, badan, dan kepala untuk menanggapi musik daripada percakapan. Para ilmuwan masih belum mengetahui mengapa kecenderungan ini bisa berevolusi.
"Salah satu kemungkinannya, ini merupakan bagian dari target seleksi alam atau mungkin kemampuan ini berevolusi untuk suatu fungsi dan kebetulan ada kaitannya dengan pemrosesan musik," tutur Zentner.
Zentner dan koleganya, Tuomas Eerola, dari Finnish Centre of Excellence untuk Riset Musik Lintas Ilmu, Universitas Jyvaskyla, Finlandia, mengemukakan temuan mereka di edisi 15 Maret jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Temuan ini didapatkan dengan mengamati 120 bayi dengan rentang usia lima bulan hingga dua tahun. Ternyata, manusia sejak bayi sudah ada kecenderungan untuk bergerak sesuai dengan ritme musik.
"Riset kami menunjukkan bahwa ketukan lebih berpengaruh daripada melodi untuk menghasilkan respons terhadap bayi," tutur Marcel Zentner, psikolog dari Universitas York, Inggris. "Kami juga mendapatkan bahwa makin si bayi bisa menyesuaikan gerakannya dengan lagu, makin banyak ia tersenyum."
Untuk menguji kecenderungan bayi bergoyang, para ilmuwan ini memainkan musik klasik, ketukan beritme, dan juga kata-kata pada sekumpulan bayi. Hasilnya diabadikan dalam video. Para ilmuwan juga mengikutsertakan sejumlah penari balet profesional untuk menganalisis kecocokan gerakan bayi dengan musik yang dimainkan.
Selama percobaan itu, para bayi duduk di pangkuan orangtua, tapi para orangtua diberikan headphone agar tak ikut mendengarkan musiknya dan tak boleh ikut bergerak.
Ternyata, bayi-bayi tersebut lebih banyak menggerakkan kaki, tangan, badan, dan kepala untuk menanggapi musik daripada percakapan. Para ilmuwan masih belum mengetahui mengapa kecenderungan ini bisa berevolusi.
"Salah satu kemungkinannya, ini merupakan bagian dari target seleksi alam atau mungkin kemampuan ini berevolusi untuk suatu fungsi dan kebetulan ada kaitannya dengan pemrosesan musik," tutur Zentner.
Zentner dan koleganya, Tuomas Eerola, dari Finnish Centre of Excellence untuk Riset Musik Lintas Ilmu, Universitas Jyvaskyla, Finlandia, mengemukakan temuan mereka di edisi 15 Maret jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.
Comments
Post a Comment